Kamis, 08 Desember 2011

Sang Pencari Rupiah


Tinggal di kota besar ? mungkin sudah tak asing lagi melihat geliat anak muda yang bernyanyi dan ‘mengekspresikan’ diri di setiap perempatan lampu merah, setiap warung makan pinggir jalan maupun tengah jalan.

Pernah terlintas, diumur yang semuda itu, pantaskah ia ‘bekerja’ seperti itu ?
Dengan segala tatto dan piercing yang melekat ditubuhnya, pantaskah ?
Dengan segala kemampuan fisiknya, pantaskah ?
Berkacalah saudaraku !
Mau jadi apa bangsa ini kelak ? jangan bicara agama pada mereka. Seandainya mereka tahu agama, mereka takkan seperti ini. Dengan tampang angker bin seram mencoba menghibur ? coba pikir ulang !
Pada kenyataannya bukan menghibur. Boleh anda lakukan poling pada seluruh pengguna jalan raya, bagaimana pendapat mereka tentang punkers jalanan ini . saya yakin 99% menganggap bukan menghibur, malah mendatangkan masalah. Jika adapun yang memberi mereka rupiah, itu tak lebih atas keiba-an mereka melihat nya, atau juga Karena ingin mereka lekas pergi dari hadapan mereka.



Mencoba menghibur pengemudi ? didalam mobil mereka punya pemutar music yang lebih jernih ketimbang cemprengan gitar usangmu. Coba pikir lagi .
Nah, lihat lagi untuk apa rupiah itu bagi mereka ? untuk mengganjal perut ? Nol besar. Pada kenyataannya lebih dari separuh pendapatan digunakan untuk membeli rokok dan lem. Iya, lem!
Apakah selamanya akan hidup seperti ini ? akankah 10 tahun kedepan Negara ini masih seperti ini ? tidak kawan. Dunia ini berubah. Tapi terserahlah kepada kalian. Mau hidup bagaimanapun, itu jalan hidupmu.
Tapi perhatikanlah bapak satu ini . mungkin orang akan lebih salut kepada bapak ini. Saat orang dengan kondisi yang sama dengan bapak ini memilih hanya berpangku pada orang lain, meminta kesana kemari hanya dengan tangan terbuka , bapak yang satu ini memilih menjual suaranya. Walau dengan segala keterbatasan fisik nya, ia telah berusaha sejauh kemampuan fisiknya mampu.
Apa yang bisa kita lakukan ?

0 komentar:

Posting Komentar