Sabtu, 13 Oktober 2012

Garuda Dilenganku ; Kebanggan dan Tanggung Jawab


“ Siap gerak! Istirahat ditempat gerak! “ . Lama aku tak melihat mereka. Para juniorku, junioryang senantiasa menunggu, menunggu akan kepulanganku. Saat kulihat mereka, tak ubahnya dengankonotingen-kontingen alumni 26th Asia Pacific Regional Scout Jambore Scout Jamboree. Wajah-wajahyang aku rindukan kala berada disana. Dengan semangat aku membagi pengalamanku saat beradadisana. sEmua kuceritakan pada mereka. Manfaat dan semua hal yang dapat aku ceritakan, akuceritakan, karena sungguh aku sangat rindu kepada mereka. Aku masih ingat, jelas teringat semuakenangan, semua kenanganku disana.

***

Udara sejuk menyambutku ketika aku baru saja menginjakkan kaki ku di Bumi Seeramoe Meukah.Pagi itu kulangkahkan kaki sembari merasakan indahnya suasana pagi. Kabut masih terlihat, kualihkanpandanganku kearah lain dan kulihat indahnya sebuah gunung yang tengah diselimuti kabut dan awanpagi. Kuhirup udara pagi itu sambil berkata “ Aku telah berada di Banda Aceh “.

Kakiku yang masih lelah terpaksa aku hentikan, aku berhenti sejenak dan hanya terdiam. Tampakdari jauh sebuah mobil Toyota Kijang Innova hitam berplat BL 1385 JA mendekatiku. Masih teringat jelasoleh ku, itu mobil pamanku. Ia sengaja datang untuk berjumpa denganku sembari mengantarkan aku ketempat tujuan ku berangkat.

Banyak perbedaan saat pertama kali aku menginjakkan kaki dikota ini. kotanya telah tertata dansudah banyak bangunan megah yang berdiri. Tak terasa, aku telah sampai disebuah kantor. Kantor 2lantai dengan cat krem dan halaman yang tak begitu luas namun megah. Itulah tujuanku, kantor KwartirDaerah Gerakan Pramuka Nanggroe Aceh darussalam.

Sambil melayangkan salam, pamanku beranjak pergi. Kumasuki kantor yang masih sepi itu. Banyakyang telah tiba disana ternyata. Waktu terus berjalan, banyak wajah-wajah asing yang tak kukenalsebelumnya mulai memasuki ruangan kantor. Pukul 18.00 sudah tak ada lagi yang memasuki kantor,pertanda telah lengkap semua anggota yang hadir.

Aku dan orang-orang yang tak kukenal tadi dikumpulkan dalam satu ruangan. Wajah-wajah yangtak kukenal itu, bahkan terasa asing bagiku, satu persatu memperkenalkan diri. Walid Amri, FadhalFajri, Masbar Salim Maula, Tri Purnama, Feri Putra Mahendra, Rizki Darmawan, Putra Al Kausar, EddyArtono, Shafrizal, Dandi Nawawi, Harumi Kartini, Yosa Lano Vastia, Al Munawwarah, Sherly Annavita,Wanda Mayasari, Yupi Arrizki, Miana Siranda, Rahamatilah, Pocut Indah Safitri, Naziratul Husna. Itu kamisemua. Ya, Kami. 20 nama tadi adalah seluruh Kontingent Nanggroe Aceh Darussalam. Kontingent yangakan ikut serta dalam satu kontingent besar Republik Indinesia dalam 26th Asia Pacific Regional ScoutJambore Scout Jamboree.
Kami adalah para pramuka penegak Aceh. Walaupun ini adalah kegiatan penggalang, namun usiakami masih termasuk kedalam usia penggalang jika diluar sana. Kami adalah 20 orang yang terpilihdalam sebuah seleksi yang berat dan ketat.

Dikantor itu, 4 hari kami dilatih, diberi pengarahan, ilmu, pengetahuan, dan berbagai macamkegiatan yang dapat menunjang kami ketika telah sampai di negeri orang nantinya. Dan yangpaling utama adalah latihan tari, tari saman. Tari ini menjadi simbol untuk kami dalam setiap eventkebudayaan. Mempelajari tari ini bukanlah mudah, apalagi buat kami yang notabene tak memiliki latarbelakang seorang penari. Untuk seoarang penai profesional, butuh waktu kurang lebih sekitar 6 bulanagar bisa menari dengan baik. Namum kami hanya memperoleh waktu 4 hari. Mempelajari sesuatu yangsemestinya membutuhkan waktu 6 bulan harus dipelajari selama 4 hari? Aku pikir awalnya aku takkanpernah bisa, dan bukan hanya aku saja yang bepikir demikian, teman-teman yang lain pun juga berpikirseperti itu. Tapi kami pramuka. Jiwa pramuka telah melekat dalam jiwa kami. Tak ada kata menyerahapalagi putus asa. Hari itu kami bulatkan tekad, untuk menunjukkan yang terbaik untuk Aceh dan untukindonesia.

Dalam benakku, malam ini aku bisa tidur, tidur dengan pulas, hingga aku akan bangun esoknyadalam keadaan semangat pagi dan badan yang segar. “ woy!!! Bangun!! “ . teriakan di tengah malamitu, dan kupikir saat itu masih pukul 12 malam, membangunkan kami semua. Aku terbangun begitujuga yang lainnya, tanpa berpikir panjang kami digiring menuju sebuah ruangan. ” masuk kalian dalambarisan!!! “. Kupalingkan wajahku kekiri dan kekanan, kulihat wajah-wajah yang masih kantuk danlelah itu. Semua wajah tertunduk. Tak ada yang berani menatap kedepan. Tak seorang pun berani.Kudengar beberapa dari mereka berbicara di depan, suara mereka terdengar tak jelas olehku, yangkutahu, mereka berbicara dengan nada keras. 1 jam telah berlalu. Kami masih berdiri dengan posisisiap dan tanpa alas kaki, berada diruang berpendingin ruangan dengan suhu kutaksir saat itu 10 derajatcelcius, karena kurasakan kakiku yang sudah membeku dan kesemutan. Ada beberapa pertanyaan yangdilontarkan oleh kakak-kakak yang didepan, yang belakangan kutahu mereka adalah anggota DewanKerja Daerah. Kulihat ada satu orang yang sangat dominan, dan kulihat teman-temannya seperti hormatkepadanya, dalam benakku ialah pemimpin dari mereka. Tak lama seorang dari mereka, yang kutahuia bernama kak Dodo mulai berbicara. Mungkin ia geram melihat kami yang hanya bisa diam dan diam.“ kalian itu ngomong kenapa..!! Aku kayak ngomong sama patung..!! Gak ada guna aku teriak-teriakrasanya..!! Kayak ngomong sama patung..!!” “ bengak kalian.!!” “ kalian memang kenapa..?? Banggadengan garuda dilenganku..?? Hah..?? Garuda dilenganku.. “. kata-kata itu memang sangat pedasdi telingaku. Tak pernah tengiang dalam benakku untuk bangga menggunakan bet garuda di lengankanan baju seragam pramukaku. Bahkan menurutku, ini adalah beban yang sangat berat. Sekitar pukul1 semuanya berakhir. Aku dan teman lainya diperbolehkan kembali keruang tidur. Kutahu, malam itumereka hanya ingin memberi kami pelajaran tentang arti persahabatan dan kekompakan serta sikapseorang pramuka.

***
Pesawat yang kutumpangi mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. kuhirup udara yang terana lebihpanas ketimbang di Aceh. “ ini Jakarta”. Perjalanan disiang yang panas itu kembali dilanjutkan dan dalamperjalanan, hujan turun. Heran aku melihat hujan yang turun, padahal beberapa menit sebelumnyasuasana panas terik. Aku sampai di Cibubur. Ini kali pertama aku menginjakkan kaki di kawasan yangmenjadi kebanggan untuk Gerakan Pramuka Indonesia dan untuk bangsa Indonesia khususnya.

Malam hari, seluruh pasukan kontingen Indonesia dikumpulkan di satu ruangan yang cukup besar,kupalingkan wajahku kekiri dan kekanan, timbul satu pertanyaan dalam benakku, “ apakah ternyatahanya kami saja penegak disini..?”. Pertanyaan itu muncul seketika dalam benakku, saat melihatkontingen dari wilayah lain. Mereka adalah penggalang. Itulah yang aku pikirkan. Aku dan teman-temankontingen Aceh merasa canggung melihat yang lainya. Kami merasa, kami mungkin yang paling tua darisemua peserta. Rasa canggung ku semakin bertambah, saat aku duduk di bus dan berbicara denganseorang peserta dari Tulungagung, Pandu namanya. Ia masih kecil, raut wajah dan bahkan penampilannya pun dapat kutahu ia masih seorang anak kecil. Namun di usia dini itu, ia telah mendapat tugasnegara yang berat, mewakili Indonesia. Sejenak bayang tentang anak tadi menyelimuti pikiranku, akuyang telah tua ini baru sekarang dipercaya mengemban tugas seberat itu.

Suasana dingin menyeruak saat ku buka mata di pagi itu, suara pramugari yang tengah berbicara ituseolah lenyap dalam ketidaksadaranku. Decitan pesawat yang tengah mendarat seperti menyadarkanaku. Sesaat para penumpang pesawat itu mulai berdiri dan memeriksa kabin serta mengeluarkn barangmereka., aku yang tak banyak membawa tas, dapat denganmudah keluar dan mennyusuri padatnyapara penumpang yang tengah bergegas, kutoreh kebelakang dan kupastikan tak ada yang tertinggaldan kulihat semua penumpang telah siap dengan barang bawaan mereka. Kususuri pesawat itu menujupuintu keluar, kulewati sang pramugari sambil kulayangkan sebuah senyum, senyum khas bangsaindonesia. “ have a nice day “ kata itu yang kudengar dari mulut sang pramugari, kulihat wajahnyayang putih itu, namun pucat, kutaksir ia pun seperti baru terbanagun dari lelapnya, dan langsungmenjalankan tugasnya.

Perjalanan pagi itu berlanjut, kulihat kendaraan yang akan mengantarkanku, “ tak beda jauhdengan indonesia”. Perjalanan pagi itu memang sedikit jauh, aku hanya mampu menatap beberapamenit saja perjalanan dipagi itu. Mimpi lebih indah dibandingkan dengan pemandangan kota Manila.Hingga membuat aku lebih memilih melanjutkan tidurku yang tertunda tadi.

Aku pikir ini roller coaster. Jalannya melekuk dan terjal, bahkan tak jarang tikungan tajam terlintas.Aku sedikit takut melihat sang sopir mengendari, sopirnya mengendari dijalur kanan. Aku sangat takut.Lugu benar pikiranku.

Bus itu berhenti. Aku tiba dihadapan sebuah gapura. Mabuhay. Itu tulisannya. Sub Camp Stevenot.Aku telah siap mengikuti kegiatan ini, 26th Asia-Pacific Regional Scout Jamboree. Aku masih terlaluawam untuk pesta penggalang ini. Inilah kali pertama aku mengikuti yang namanya jamboree. Akusedikit tak percaya, aku tak pernah mengikuti jambore apapun, baik tingkat daerah maupun nasional,namun kini aku salah satu peserta jambore tingkat Regional Asia-Pasifik.

Tubuh gempalnya terlihat letih saat menjajaki bumi perkemahan. Kulihat ia sepertinya mulai goyah.Kupegang ia, tepat sesaat ia hendak jatuh. Kubantu ia menapaki tanah bergelombang itu, hingga akudan dia sampai diatas. Senyumnya terlempar manis. Dan akupun membalasnya. Kutinggalkan ia, dankulanjutkan perjalananku yang sedikit lagi. Kuturunkan tas dan kulepaskan seragamku. Kutenangkan dirisesaat, dan kuhirup udara disekitar, aroma yang biasa kurasakan, bumi perkemahan.

Pekerjaaan berat masih menungguku siang itu. Kulihat sekelilingku, kulihat kondisi sekitar, lebihbaik daripada bumi perkemahan terakhir yang aku tempati. Teupin Keubeu. Itu bumi perkemahanterakhir yang aku tempati, suasananya begitu berbeda dengan disini. Sangat berbeda. Satu per satutenda sudah mulai didirikan, sebagian membersihkan lingkungan dan sebagian membangun alat-alatpioneering. Semua ilmu yang kudapat selama ini, kupraktekkan disini. Semua bekerja, tak ada yangsantai. Kulihat senyum-senyum keceriaan itu, senyum-senyum Indonesia, senyum-senyum yang sepertitak merasa lelah.

Malam itu dingin. Cuaca disini lebih dingin ketimbang Indonesia, apalagi kini ku berada diperbukitan, otomatis udara akan terasa lebih dingin. Belum ada penerangan apapun di camp kami.Bahkan untuk sebuah lentera kecil pun tak ada. Namun, malam itu terasa terang, bulan yang bercahayapenuh, menyinari dinginnya malamku. Camp masih begitu sepi, hanya baru beberapa daerah saja yangtelah tiba. Sunyi itu masih menyeruak. Bahkan bumi perkemahan pun masih sepi. Hanya indonesiadan beberapa council saja yang baru memasuki sub camp. Tradisi ku dan teman-teman putra sepertibiasa, tidak mandi dihari pertama kemah. Walau terasa sedikit kecut, namun itulah tradisi yang kamikembangkan. Dengan tenang kuhantarkan malam itu dalam peraduan mimpiku.

Satu persatu kontingen Indonesia mulai datang, Maros, DKI Jakarta, Bangka Belitung, danlengkaplah sudah camp Indonesia. Semua telah datang dan bergabung, lengkaplah kami, Garuda 1 danMelati 1.

Kulihat wajah-wajah mereka, wajah keceriaan pramuka. Wajah yang berseri-seri menatap indahnyaperkemahan ini. Rasa canggungku sedikit teobati saat kutahu, ternyata bukan hanya kami saja penegakyang ada dalam kontingen, namun ada beberapa daerah lain yang juga mengirimkan penegak. Siang itu,belum ada kegiatan yang berlangsung, masih mengurusi septar masalah administrasi dan penmpatan.Itu tugas pembina, sedang kami hanya bersantai sambil berbincang dan juga sebagian membersihkanlingkungan sekitar tendanya masing-masing. Suasana berbeda lebih teraasa saaat malam telah datang.Sunyi, sepi dan dingin tak lagi dirasakan, kini kehangatan dan keceriaan mengisi malam-malam aku danmereka. Jamboree ini mempertemukanku dengan orang yang aku sebelumnya tak pernah aku kenal, 
dan membat aku dekat dengan mereka. Ingin kusimpan senyum mereka, keceriaan ini, kebahagian ini,dan semua canda tawa malam itu ingin kusimpan, dan saat kurindu, akan kubuka kembali keceriaandimalam itu, dan membuat aku tersenyum.

Hari-hari beralu, banyak kegiatan yang telah dilalui, namun tak ada hal yang paling berkesaan selainkegiatan Indonesian Day. Aku begitu terkesan dihari itu, aku bisa menampilkan tari yang hanya aku danteman-temanku peljari dalam waktu yang amat singkat, dan kami tampilkan dengan baik. Bukan itu yangmembuat berkesan, tetapi kami menampilkannya tepat di depan Menpora Republik Indonesia, kak AndyMalarangeng dan didepan kak Kwarnas, kak Azrul Azwar, dan didepan ketua kontingen dari berbagainegara lain yang hadir. Kami seolah menjadi pusat perhatian saat itu, seolah semua flash kamera itutertuju kepada kami. Bahkan, bibir ini tak semenitpun hadir tanpa senyuman. kesempatan seperti inimungkin hanya sekali dalam hidupku. Dan pramuka yang membuat ini semua.

Keceriaan aku dan teman-teman semua sama, keceriaan berkumpul bersama. Berteman dengananggota pramuka dari negara sahabat. Malaysia, Philipina, Selandia Baru, Jepang, Pakistan dan banayklagi. Banyak cerita yang kami bagi bersama mereka, banyak informasi yang salaing kami tukar, banyakilmu yang dapat kami pelajari, dan banyak hal yang dapat dijadikan pengalaman. Mencari temansebanyak-banyaknya adalah kunci utama kami. Unity in diversity and always smile. Itulah poin yang kamijadikan acuan. Hingga banyak teman pramuka dari negara lain mudah menerima dan bergaul bersamakami.

Rein, itu nama anak itu. Ia dengan fasih menyanyikan lagu Disini Senang Disana Senang. Aku senangbisa mengajarkan anak itu lagu tersebut. Aku tak menyangka, saat aku melewati dia dan temannya,mereka semua bernyanyi lagi itu. Semua bernyanyi lagu Disini Senang Disana Senang. Aku hanya bisamelemparkan senyum. Hanya itu yang dapat aku berikan. Aku sempat tak percaya melihat itu semua.Tapi itulah mereka.

***

Adanya sebuah pertemuan, pasti akan berakhir dengan perpisahan. Penutupan acara jambore ituberlangsung sederhana, namun disana banyak air mata yang tertumpah. Aku terharu dan hampir ikutmenangis melihat teman-temanku terutama para wanita, mereka menangis saling berpelukan, seolahtak ingin berpisah. Inilah yang kurasakan. Pramuka membuat kami menjadi seperti sebuah keluarga,hingga tak rela jika harus berpisah. Mereka masih menangis, sampai salah satu diantara merekamencoba meredam itu semua. Ia mengeluarkan celotehan yang membuat suasana menjadi riangkembali. Mengungkit kelucuan dan kekonyolan mereka saat masih diperkemahan. Namun, mengingatitu semua membuat mereka semakin hanyut dalam airmata. Rasanya mereka tak ingin dipisahkan. Takingin walau 1 detik pun.

Malam ini terasa berbeda. Keceriaan malam tak seperti malam-malam sebelumnya. Malam seolahmenjadi selimut hati untuk jiwa yang sedang bersedih. Camp terasa begi sepi. Hanya beberapa sajayang masih tinggal. Beberapa dari daerah lain terlebih dahulu pulang. Camp itu begitu sunyi. Tak sepertimalam-malam sebelumnya. Malam itu, mereka bahu membahu membersihkan camp, saling membantumembersihkan tenda, dam melipat tenda yang telah ditinggalkan. Kebersamaan malam itu berakhirdalam suasana yang begitu senyap. Sesenyap mimpi-mimpi dalam tidur mereka.

Di pagi buta itu, camp Indonesia terasa lebih sibuk dibanding yang lain. Pukul 4 pagi mereka telahbangun. Kami akan berangkat pukul 7. Dipagi buta itu, masing-masing memberesakan perlengkapanmereka. Packing dan akhirnya melipat tenda tempat mengadu mimpi jika malam tiba. Bahu salingmembahu mereka mulai menurunkan tas-tas mereka menuju bahu jalan. Pukul 7 tepat, camp Indonesiatelah rata. Sudah tak adalagi yang tersisa, selain bekas tenda dan sampah-sampah kecil, dan kenanganyang tak terlupakan. Bagitu banyak kenangan. Kenangan yang terjadi, baik antar sesama pramukaIndonesia maupun dengan pramuka dari negara lain. Kenangan akan pesta malam tahun baru denganteman-teman dari Batangas Council, atau kenangan saat sarapan pagi ditemani yel-yel penyemangatpagi dari Antipolo Council, atau juga ”tenda goyang” tetangga sebelah yang menjadi ikon jika malamhari telah datang. Kenangan itu semua takkan terlupakan. Tinggallah disana, kenangan, kenangan akankeceriaan, kebersamaan dan kekeluargaan.

***

“kakak ingin, kalian penjadi penerus kakak setelah ini, membawa harum nama Aceh dan bangsaIndonesia. Kalian masih muda, pintu kesuksesan kalian masih terbuka lebar. Terbanglah bersamagaruda, kobarkan kepada dunia, kamu itu iIndonesia dan bangga mengaku sebagai bangsa Indonesia.Hingga suatu saat, kalian akan mendapati, garuda dilengan kalian .“ tukasku kepeda para juniorku.Kulihat wajah-wajah mereka, merekalah para penerusku nantinya. Senyum kemenangan itu.

“ ayo semua, kita nyanyi lagu yang menjadi penyemangat Indonesia saat jambore kemarin, GarudaDidadaku, nyanyikan dengan lantang “ teriakku menyemangati mereka.

“Garuda didadaku, Garuda kebanggaanku

Kuyakin hari ini pasti menang

Kobarkan semangatmu, Tunjukkan sportifitasmu

Kuyakin hari ini pasti menang

Garuda didadaku, Garuda kebanggaanku

Kuyakin hari ini pasti menang

Kobarkan semangatmu, Tunjukkan sportifitasmu

Kuyakin hari ini pasti menang!!”

-**end**-