Mengais tong
sampah, meminta belas kasihan bahkan mencuri menjadi headline disetiap warta
media di Indonesia kini. Mengais tong sampah dengan harapan dapat menemukan
segenggam nasi sisa yang masih dapat dimakan, meminta belas kasihan karena
sudah tak mampu lagi untuk beraktifitas karena tidak tercukupinya kebutuhan
akan makan, bahkan mencuri demi dapat memuaskan hasrat lambung untuk menikmati
secuil rasa makanan pun dilakukan.
Lihat saja
kenyataan di Indonesia kini, tak usah ditutup-tutupi dengan pernyataan
pemerintah yang menyatakan bahwasanya
angka kemiskinan telah turun, tingkat kesejahteraan masyarakat sudah
meningkat, bahkan pernyataan bahwa tidak ada lagi rumah sakit yang menolak
pasien. Coba kita buka mata kita yang selama ini ditutupi oleh tawa licik para
pejabat berperut buncit itu.
Kelaparan kini
merajalela bak endemik dan tersebar disetiap daerah bahkan kota besar
sekalipun. Bukan kita tidak tahu tentang masalah ini, hanya saja kita belum
tergerak untuk merubah ini semua.
Sadarkah
mereka yang duduk di kursi empuk senayan itu tentang semua ini ? sadarkah
mereka yang duduk di kursi pemerintahan dengan semua kenyataan ini? Kemanakah
prioritas Pembangunan Kesehatan 2010-2014 yang tertuang dalam Milenium Development Goal 2015 ? sudah
dua tahun berjalan , namun tak kunjung menunjukkan hasil .
Kemudian
bertuju pada Undang-undang
nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pada Bab VIII tentang Gizi,
pasal 141 ayat 1 , “Upaya
perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan
dan masyarakat” . kata ‘upaya’ secara harfiah berarti ‘untuk
mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar’[1] . konkret nya yang terjadi pada masyarakat kita adalah tidak terjadinya upaya apapun . baik
dari pihak pemerintah maupun kementrian yang menaungi masalah ini. Kalau pun ada upaya , itu hanya berupa
simbolik . seperti hanya pada saat peringatan hari tertentu atau bahkan sebagai
ajang politik .
Sudah saatnya mereka harus disadarkan . haruskah dengan sebuah
demontrasi ? tidak . banyak hal positif yang dapat dilakukan untuk mengurai
masalah ini semua. Saat mereka para legislator dan eksekutor sudah tidak
bergerak karena “tua” , kitalah para kawula mudan yang bergerak, para
mahasiswa, terlebih para mahasiwwa di bidang kesehatan. Karena toh nantinya itu semua akan menjadi
ranah pekerjaan kita kelak.
Baanyak hal
yang mahasiwa dapat lakukan ketimbang demonstrasi, seperti ; Memperbanyak desa
binaan, membentuk komunitas peduli gizi dan masih banyak hal lainnya .
Mari kita buat
perbandingan, jumlah total mahasiswa seluruh Indonesia adalah sekitar 4,8 juta
mahasiswa[2] dan jumlah penderita gizi buruk di Indonesia adalah
56.941 [3] . dengan demikian , ssebanyak 84 mahasiswa dapat mengurus
1 orang penderita gizi buruk. Dengan ratio tersebut jelas terlihat kita sebagai
mahasiswa pada dasarnya mampu membenahi ini semua. Hanya saja, kita belum
tergerak. Kita masih dibutakan oleh perpolitikan bangsa ini . kita dipusingkan
dengan harus memikir system bangsa ini.
Saatnya kita
bergerak, karena mahasiswa adalah Agent of change . mari rubah Indonesia
menjadi lebih baik .
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[2] “mahasiswa Di Indonesia Cuma 4,8 juta” dalam
KOMPAS.COM , ditulis oleh Tri Harijono
[3] Survey Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, Kementerian Kesehatan tahun 2009
0 komentar:
Posting Komentar