Sabtu, 13 Oktober 2012

Lapar Di Negeri Yang Kaya


Mengais tong sampah, meminta belas kasihan bahkan mencuri menjadi headline disetiap warta media di Indonesia kini. Mengais tong sampah dengan harapan dapat menemukan segenggam nasi sisa yang masih dapat dimakan, meminta belas kasihan karena sudah tak mampu lagi untuk beraktifitas karena tidak tercukupinya kebutuhan akan makan, bahkan mencuri demi dapat memuaskan hasrat lambung untuk menikmati secuil rasa makanan pun dilakukan.
Lihat saja kenyataan di Indonesia kini, tak usah ditutup-tutupi dengan pernyataan pemerintah yang menyatakan bahwasanya  angka kemiskinan telah turun, tingkat kesejahteraan masyarakat sudah meningkat, bahkan pernyataan bahwa tidak ada lagi rumah sakit yang menolak pasien. Coba kita buka mata kita yang selama ini ditutupi oleh tawa licik para pejabat berperut buncit itu.
Kelaparan kini merajalela bak endemik dan tersebar disetiap daerah bahkan kota besar sekalipun. Bukan kita tidak tahu tentang masalah ini, hanya saja kita belum tergerak untuk merubah ini semua.
Sadarkah mereka yang duduk di kursi empuk senayan itu tentang semua ini ? sadarkah mereka yang duduk di kursi pemerintahan dengan semua kenyataan ini? Kemanakah prioritas Pembangunan Kesehatan 2010-2014 yang tertuang dalam Milenium Development Goal 2015 ? sudah dua tahun berjalan , namun tak kunjung menunjukkan hasil .
Kemudian bertuju pada Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pada Bab VIII tentang Gizi, pasal 141 ayat 1 , “Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat” . kata ‘upaya’ secara harfiah  berarti  ‘untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar[1] . konkret nya yang terjadi pada masyarakat kita  adalah tidak terjadinya upaya apapun . baik dari pihak pemerintah maupun kementrian yang menaungi masalah ini.  Kalau pun ada upaya , itu hanya berupa simbolik . seperti hanya pada saat peringatan hari tertentu atau bahkan sebagai ajang politik .
Sudah saatnya mereka harus disadarkan . haruskah dengan sebuah demontrasi ? tidak . banyak hal positif yang dapat dilakukan untuk mengurai masalah ini semua. Saat mereka para legislator dan eksekutor sudah tidak bergerak karena “tua” , kitalah para kawula mudan yang bergerak, para mahasiswa, terlebih para mahasiwwa di bidang kesehatan. Karena toh nantinya itu semua akan menjadi ranah pekerjaan kita kelak.
Baanyak hal yang mahasiwa dapat lakukan ketimbang demonstrasi, seperti ; Memperbanyak desa binaan, membentuk komunitas peduli gizi dan masih banyak hal lainnya .
Mari kita buat perbandingan, jumlah total mahasiswa seluruh Indonesia adalah sekitar 4,8 juta mahasiswa[2] dan jumlah penderita gizi buruk di Indonesia adalah 56.941 [3] . dengan demikian , ssebanyak 84 mahasiswa dapat mengurus 1 orang penderita gizi buruk. Dengan ratio tersebut jelas terlihat kita sebagai mahasiswa pada dasarnya mampu membenahi ini semua. Hanya saja, kita belum tergerak. Kita masih dibutakan oleh perpolitikan bangsa ini . kita dipusingkan dengan harus memikir system bangsa ini.
Saatnya kita bergerak, karena mahasiswa adalah Agent of change . mari rubah Indonesia menjadi lebih baik . 

[1]   Kamus Besar Bahasa Indonesia
[2]   “mahasiswa Di Indonesia Cuma 4,8 juta” dalam KOMPAS.COM , ditulis oleh Tri Harijono
[3]    Survey Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan tahun 2009

0 komentar:

Posting Komentar